Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Seringkali kita mendengar ungkapan “innama buistu liutammima makarimal akhlaq” dari para khatib, dai, guru, atau para pengiat revolusi akhlak. Ungkapan tersebut merupakan hadits atau perkataan yang disandarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihis wa sallam. Hadits tersebut diriwayatkan oleh sejumlah ahli hadis. Di antaranya adalah Imam Bukhari di dalam kitab Al-Adabul Mufrad, Imam Hakim di dalam kitab Al-Mustadrak, Imam Al-Baihaqi di dalam kitab Sunannya, Imam Ahmad di dalam kitab Al-Musnad serta ulama lainnya. Hadits tersebut diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah. Kedudukan riwayat itu shahih, bisa dijadikan sebagai dalil. Hadits tersebut diriwayatkan dengan beragam redaksi. Berikut ragam redaksi berserta terjemahannya.
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلاَقِ.
An Abi Hurairata qaala, qaala rasulullahi shallallahu ‘alahi wa sallam “innama buistu liutammima shaalihal akhlaqi.”
Artinya: Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (H.R. Ahmad, h. 8939, syaikh Al-Arna’uth berkata: hadits ini shahih, sanadnya kuat).
عَن أبي هُرَيرة ، عَن النَّبِيّ صَلَّى الله عَلَيه وَسَلَّم قال : إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلاَقِ.
An Abi Hurairata ‘anin nabiyyi shallallahu ‘alahi wa sallam qaala, “innama buistu liutammima makarimal akhlaqi.”
Artinya: Dai Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (H.R. Al-Bazzar, hd. 8949), (H.R. Al-Baihaqi, hd. 21301) .
Hadits ini menjelaskan bahwa tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad sebagai seorang nabi dan rasul hanya untuk menyempurnakan akhlak. Sebelum diutusnya nabi Muhammad, masih terjadi krisis akhlak, dan masih berserakan. Maka diutuslah Rasulullah untuk menyempurnakan dan menyatukan akhlak mulia, sehingga ajaran yang beliau sampaikan menjadi ajaran paling sempurna. Bahkan akhlak menjadi ruh bagi ajaran Nabi Muhammad.
Secara Bahasa, akhlak berasal dari kata Arab, Al-Khulqu, yang berarti watak atau perangai.
Secara istilah, Imam Al-Ghazali mendefinisikan akhlak adalah sebuah kata yang mengungkapkan kondisi sifat batin manusia yang telah mengakar kuat dan darinya semua perilaku muncul dengan mudah dan lancar tanpa harus berpikir panjang.
Islam adalah agama paling sempurna. Islam dibangun di atas 3 pondasi yang tidak terpisahkan,yaitu Aqidah (keyakinan), Syariat (Aturan), dan Akhlaq (Etika) atau dengan sering diistilahkan dengan Islam (syariat), Iman (aqidah), Ihsan (akhlak). Dari 3 pondasi itu, akhlaklah yang menjadi pondasi inti dan paling penting.
Berikut bukti-bukti tingginya kedudukan akhlak di dalam Islam:
عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ شَىْءٍ يُوضَعُ فِى الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ ».
Artinya: Abu Darda’ mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada sesuatu paling berat yang diletakkan di timbangan amal melebihi akhlak yang baik dan sungguh penyandang akhlak baik bisa mencapai derajat ahli puasa dan shalat.” (H.R. At-Turmudzi, hd. 2003, shahih menurut penilaian Syaikh Al-Albani).
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا »
Artinya:
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling mulia akhlaknya.” (Abu dawud, hd. 4684).
عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّى مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَىَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّى مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ »
Artinya:
Jabir meriwayatkan bahwa rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya termasuk orang yang paling aku cintai dan paling dekat duduknya denganku kelak di hari kiamat adalah orang yang paling mulia akhlaknya dari kalian. Dan paling aku benci dan paling jauh duduknya dariku kelak di hari kiamat adalah orang yang banyak bicara yang tidak ada manfaatnya, banyak bergaya dalam berucap, dan orang yang memaksakan diri dalam memperindah kata-katanya.”
Hal ini berdasarkan hadits nabi shallallahu ‘alahi wa sallam berikut ini:
هُرَيْرَةَ يَقُولُ : قِيلَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّ فُلاَنَةً تَقُومُ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ ، وَتَفْعَلُ ، وَتَصَّدَّقُ ، وَتُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ خَيْرَ فِيهَا ، هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ ، قَالُوا : وَفُلاَنَةٌ تُصَلِّي الْمَكْتُوبَةَ ، وَتَصَّدَّقُ بِأَثْوَارٍ ، وَلاَ تُؤْذِي أَحَدًا ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : هِيَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ .
Artinya:
Dari Abu Hurairah bercerita, Rasulullah pernah ditanya, “Wahai rasulullah, sesungguhnya si fulanah itu rajin shalat malam, puasa, beramal shalih serta gemar bersedekah, namun di samping itu semua, dia sering mengganggu tetangga dengan omongannya. Lalu rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidak ada pahala kebaikan untuknya, bahkan dia termasuk penghuni neraka.”para shahabat bertanya, “Si fulanah itu hanya shalat maktubah saja dan bersedekah dengan kekayaan yang dia punya, namun tidak suka mengganggu seorangpun.” Nabi pun menjawab, “Si fulanah itu termasuk penghuni surga.”
عَنْ عَلِىِّ بْنِ أَبِى طَالِبٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ قَالَ «… وَاهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْت …
Artinya:
Dari Ali radliyallahu ‘anhu, dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Nabi Muhammad apabila memulai shalat,beliau berdoa, “ …. Dan tunjukilah aku akhlak yang paling mulia, tidak ada yang mampu menunjuki kepadanya kecuali engkau. Dan jauhkanlah dariku akhlaq yang buruk, tidak ada yang bisa menjauhkan darinya kecuali engkau ….”
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ (4)
Artinya: “Dan sungguh engkau (Muhammad) berada di atas akhlaq yang agung.” (Al-Qalam:4).
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : عَنِ النَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ :«أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّار». قَالُوا : بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ :«عَلَى كُلِّ هَيْنٍ لَيْنٍ قَرِيْبٍ سَهْلٍ».
Artinya: Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau pernah bersabda, “Maukah kalian aku beri tahu tentang orang yang tidak diperbolehkan masuk neraka?” para shahabat menjawab, “Kami mau ya Rasul.” Nabi melanjutkan sabdanya, “Neraka haram untuk ditempati orang yang mudah, murah hati, mudah bergaul, dan suka memudahkan urusan orang lain.” (HR. Ibnu Hibban, Shahih menurut Imam Al-Albani).
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا : أَنَّ النَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ لَهَا :«إِنَّ اللهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ(6) مَالاَ يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَالاَ يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ»
Artinya:
Aisyah radliyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepadanya, “Sungguh Allah itu maha lembut, menyukai kelembutan, dan Allah akan memberi orang yang lemah lembut sesuatu yang tidak pernah diberikan kepada orang yang kasar maupun selainnya.” (HR. Imam Muslim)
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ : «الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ، ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ ، يَرْحَمْكم مَنْ فِي السَّمَاءِ».
Artinya: Abdullah bin ‘Amr radliyallahu ‘anhuma meriwayatkan dengan sanad yang bersambung sampai rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Orang-orang yang penyayang pasti akan disayang oleh Allah maha penyayang. Kasih sayangilah penduduk bumi, niscaya penduduk langit menyayangimu.” (HR. Abu Dawud, Shahih menurut imam Al-Albani).
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ النَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ لِلأَشَجِّ أَشَجِّ عَبْدِ الْقَيْس :«إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهَ : الْحِلْمُ وَالأَنْاة(
Artinya: Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyanjung Al-Asyajj, yakni Asyajj bin Abdil Qais, “Sungguh pada dirimu ada dua bagian yang sangat dicintai Allah, yaitu sifat tidak mudah marah dan sikap tidak tergesa-gesa.” (HR. Imam Muslim).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : عَنِ النَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ :«الإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً وَالْحَياَءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيْمَانِ».
Artinya: Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau pernah bersabda, “Iman itu memiliki cabang tujuhpuluh sekian, dan salah satu cabangnya adalah rasa malu.” (Muttafaqun ‘alaih)
عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – :«عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ : يِهْدِي إِلَى الْبِرِّ(6)وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيِتَحَرَّى(7)الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيقا ….
Artinya: Abdullah bin Mas’ud radliyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Teruslah berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu akan menunjuki pelakunya kepada kebaikan dan kebaikan itu akan mengantarkan pelakunya ke surga. Dan seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan berusaha tetap jujur sampai akhirnya Allah mencatatnya sebagai orang yang terpercaya, jujur …” (Muttafaqun ‘alaihi).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْه عَنْ رَسُولِ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ :«مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْداً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا ، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ».
Artinya: Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu meriwayatkan dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau pernah bersabda, “Sedekah tidak akan mengurangi suatu harta apapun, dan Allah pasti akan menambahkan kemulian kepada seorang hamba karena sikap memaafkan yang dia miliki. Dan Allah pasti akan meninggikan derjat orang yang bersikap merendah diri karena Allah.” (HR. Imam Muslim).
Jazakumullah khairan atas perhatiannya. Jika ada salah kata silakan diingatkan dalam kolom komentar. Baarakallahu fiikum. Ditulis Oleh Ustadz Yunus