Tema artikel ini adalah “Bagaimanakah kaidah mengelola keuangan rumah tangga Islami”. Berikut ini ringkasan kaidah-kaidah bagaimana keluarga Muslim mengelola keuangan rumah tangganya:
KAIDAH KAIDAH PENGELUARAN NAFKAH
Artikel ini merupakan ringkasan dari buku Mengelola Keuangan Rumah Tangga Islami yang ditulis Dr. Labib Najib Abdullah (Pakar Fikih Madzhab Syafi’i) versi terjemahan yang diterbitkan oleh penerbit AQWAM (Jendela Ilmu). Buku tersebut merupakan terjemahan dari Karya Dr. Labib Najib Abdullah yang berjudul: Asaasiyyat fil Iqtishad Al-Manzilie.
Artikel yang berjudul ‘KAIDAH KAIDAH PENGELUARAN NAFKAH’ ini merupakan ringkasan dari buku tersebut yang diringkas oleh Abu Zaidan.
Berikut Kaidah-Kaidah Pengeluaran Nafkah:
1. Buatlah rancangan pengeluaran wajib keluarga.
2. Jangan beli kecuali sesuatu keperluan yang dibutuhkan.
3. Tahanlah dari membeli sebisa mungkin.
4. Berbelanja lah dengan cerdas.
Yaitu:
A. tanyalah kepada diri sendiri: kenapa barang ini saya beli?
Jangan sampai menumpuk barang-barang di rumah karena terlanjur membeli barang yang sebenarnya tak perlu dibeli.
B. Tulislah barang yang akan dibeli.
C. Batasi harga barang sesuai kemampuan. Jangan sampai ‘lebih besar pasak dari tiang‘.
D. Bawalah uang sesuai dengan harga barang yang akan dibeli saja.
E. Pilihlah waktu yang tepat untuk membeli. Kadang ada waktu murah nya/promo diskon besar-besaran.
F. Rajutlah hubungan baik dengan penjual.
G. Belilah grosiran.
H. Gunakan khiyar aib dan sejenisnya.
5. Manfaatkan barang yang masih bisa dimanfaatkan. Biasakan kaidah ‘Beli itu nomor dua‘.
6. Hidangkan makanan secara sederhana tak berlebihan apalagi sampai bersisa yang akhirnya menyebabkan tabdzir dan terjadi pemborosan.
7. Hukum asal dalam masalah berhutang adalah ‘JANGAN BERHUTANG’.
Maka:
– Dahulukan pengeluaran wajib.
– Tabunglah sisa pengeluaran wajib bulanan dengan Metodenya: pemasukan – pengeluaran wajib = tabungan.
NB: Menabung itu disyariatkan:
1. Mukjizat Nabi Isa alaihissalam yang salahsatunya adalah mengetahui makanan/nafkah yang disimpan/ditabung oleh kaumnya
وَرَسُولًا إِلَىٰ بَنِیۤ إِسۡرَ ٰۤءِیلَ أَنِّی قَدۡ جِئۡتُكُم بِـَٔایَةࣲ مِّن رَّبِّكُمۡ أَنِّیۤ أَخۡلُقُ لَكُم مِّنَ ٱلطِّینِ كَهَیۡـَٔةِ ٱلطَّیۡرِ فَأَنفُخُ فِیهِ فَیَكُونُ طَیۡرَۢا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۖ وَأُبۡرِئُ ٱلۡأَكۡمَهَ وَٱلۡأَبۡرَصَ وَأُحۡیِ ٱلۡمَوۡتَىٰ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۖ وَأُنَبِّئُكُم بِمَا تَأۡكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِی بُیُوتِكُمۡۚ إِنَّ فِی ذَ ٰلِكَ لَـَٔایَةࣰ لَّكُمۡ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِینَ
Artinya: Dan sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata), “Aku telah datang kepada kamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu orang beriman. (QS. Ali Imron: 49)
2. Rasulullah menabung bahan makanan pokok untuk setahun kedepan
عمر بن الخطاب رضى الله عنه ، أن النبى صلى الله عليه وآله وسلم كان يبيع نخل بنى النضير، ويحبس لأهله قوت سنتهم
ِArtinya: Di dalam Ash-Shahihain disebutukan dari Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjual kebun korma Bani Nadhir, lalu menyimpan hasil penjualannya untuk makanan pokok keluarganya selama satu tahun.
Pembahasan: Nabi tidak Nabi tidak menyimpan apapun untuk esok hari
Adapun hadis bahwa Nabi tidak menyimpan apapun untuk esok hari yang diriwayatkan oleh At-Turmudzi berikut:
عن أنس، قال: «كان النبي صلى الله عليه وسلم لا يدخر شيئا لغد»: «هذا حديث غريب» وقد روي هذا الحديث عن جعفر بن سليمان، عن ثابت، عن النبي صلى الله عليه وسلم «مرسلا
Artinya: Dari Anas, dia berata, “Rasulullah tidak terbiasa menyimpan sesuatupun (Makanan) untuk besuk”. HR At-Turmudzi dan beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis yang gharib. Hadis ini juga diriwayatkan dari jalur Ja’far bin Sulaiman dari Tsabit dari Nabi secara Mursal.
وَقَالَ اِبْنُ دَقِيقِ الْعِيدِ : يُحْمَلُ حَدِيثُ لَا يَدَّخِرُ شَيْئًا لِغَدٍ , عَلَى الِادِّخَارِ لِنَفْسِهِ , وَحَدِيثُ : وَيَحْبِسُ لِأَهْلِهِ قُوتَ سَنَتِهِمْ عُلِمَ الِادِّخَارُ لِغَيْرِهِ وَلَوْ كَانَ لَهُ فِي ذَلِكَ مُشَارَكَةٌ لَكِنْ الْمَعْنَى أَنَّهُمْ الْمَقْصِدُ بِالِادِّخَارِ دُونَهُ حَتَّى لَوْ لَمْ يُوجَدُوا لَمْ يَدَّخِرْ اِنْتَهَى.
Arinya: Ibnu Daqiq Ied mengatakan bahwa pemahaman hadis ini dibawa ke arah bahwa Nabi tidak menyimpan makanan pokok untuk dirinya sendiri dan hadis yang menunjukkan bahwa beliau menyimpan makanan pokok untuk keluarga beliau selama setahun ke depan menunjukkan bahwa beliau menyimpanya untuk selain beliau (alias keluarga beliau). kalau saja beliau tidak punya tanggungan keluarga mungkin beliau tidak menyimpan apapun.
Derajat hadis:
قَالَ الْمَنَاوِيُّ فِي شَرْحِ الْجَامِعِ الصَّغِيرِ : إِسْنَادُهُ جَيِّدٌ.
Artinya; Al-Munaei berkata dalam kitab Faidlul Qadir syarah Jami’ Shoghir bahwa hadis ini sanadnya Jayyid.
Demikian KAIDAH KAIDAH PENGELUARAN NAFKAH yang bisa diaplikasikan oleh keluarga muslim untuk lebih memanage lagi dan mengelola keuangan rumah tangga (nafkah) yang Allah rizkikan kepada keluarga tersebut.
lihat: kitab asasiyat iqtisod manzili, karya Dr. Labib Najib
editor: Muhammad Iqbal