Ruqyah dengan Daun Bidara (As-Sider)

Beberapa praktisi ruqyah menganjurkan untuk memakai daun bidara (As-Sider) dalam praktek ruqyah. Bagaimana Syariat memandang praktek meruqyah dengan daun bidara (As-Sider) tersebut? Berikut keterangan singkatnya:

RUQYAH DENGAN DAUN BIDARA (AS-SIDER)

Oleh: Ustadz Abu Zaidan (UAZ)

Wahb bin Munabih me-Ruqyah dengan daun bidara (As-Sider)

 ففي الزواجر عن اقتراف الكبائر لابن حجر الهيتميقال: ابن بطال: وفي كتاب وهب بن منبه: أن يأخذ سبع ورقات من سدر أخضر فيدقه بين حجرين ثم يضربه بالماء ويقرأ عليه آية الكرسي ثم يحسو منه ثلاث حسوات ويغتسل به فإنه يذهب عنه ما به إن شاء الله تعالى وهو جيد للرجل إذ حبس عن أهله. انتهى

Praktek meruqyah dengan daun bidara (As-Sider) dilakukan oleh Wahb bin Munabih, beliau adalah salah satu ulama era tabi’in yang sangat tersohor. (Az-Zawajir ‘an Iqtirofil Kaba`ir karya Ibnu Hajar Al-Haitami)

Praktek meruqyah dengan daun bidara  (As-Sider) tersebut dijelaskan oleh UstadzMuhammad Faizar, seorang praktisi ruqyah terkenal Nusantara.

Adapaun penggunaan daun bidara (As-sider) dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:

Pertama, Penggunaan daun bidara  (As-Sider) untuk memandikan jenazah.

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ اَلنَّبِيَّ ‏- صلى الله عليه وسلم ‏-قَالَ فِي اَلَّذِي سَقَطَ عَنْ رَاحِلَتِهِ فَمَاتَ: { اغْسِلُوهُ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ, وَكَفِّنُوهُ فِي ثَوْبَيْنِ } مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang seseorang yang meninggal dunia karena jatuh dari kendaraanya (unta), “Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara dan kafanilah dia dengan 2 lembar kain kafan.”

(HR. Bukhari, no. 1265 dan Muslim, no. 1206).

Kedua, Penggunan daun bidara  (As-Sider) untuk mandi wajib wanita selepas terhentinya masa haid.

تَأخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ، فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ، ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا، حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُنَ رَأْسِهَا، ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيهَا الْماَءَ، ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا. فَقَالَتْ أَسمَاءُ: وَكَيفَ تَطَهَّرُ بِهَا؟ فَقاَلَ: سُبحَانَ اللهِ، تَطَهَّرِينَ بِهَا. فَقَالَتْ عَائِشَةُ –كَأَنَّهَا تُخْفِي ذَلِكَ– تَتَّبِعِينَ أَثَرَ الدَّمِ

Artinya: “Salah seorang dari kalian mengambil air dan daun bidaranya, lalu ia bersuci dengan membaguskan bersucinya (berwudhu). Kemudian ia menuangkan air ke atas kepalanya lalu digosoknya dengan sungguh-sungguh sampai mencapai pangkal-pangkal rambutnya. kemudian ia menuangkan air ke tubuhnya. Lalu ia mengambil kain/kapas yang diberi misk dan bersuci dengannya.” Asma’ bertanya, “Bagaimana cara ia bersuci dengannya?” “Subhanallah, engkau bersuci dengannya,”  Aisyah berkata -seakan-akan ia berbisik/berbicara pelan- , “Dengan kain tersebut engkau ikuti bekas-bekas darah (mengusap daerah kemaluan dan sekitarnya yang terkena darah).” (HR. Muslim no. 332).

Keterangan: Dari dua kasus di atas dapat difahami bahwa penggunaan daun bidara (As-Sider) adalah untuk kebersihan, yaitu saat memandikan jenazah dan mandi selepas terhentinya masa haid. Dalam kasus pemakaian As-Sider (daun bidara) dalam praktek ruqyah adalah bahwa setan itu suka hal-hal yang kotor dan menghuni area-area yang kotor, maka untuk membersihkannya (setan) praktisi peruqyah memakai daun bidara  (As-Sider).

Hadis yang menyebutkan bahwa setan suka dengan hal-hal yang kotor/mendiami tempat-tempat yang kotor.  

عن زيد بن أرقم رضي الله عنه ، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:«إنَّ هذه الحُشُوشَ مُحْتَضَرَةٌ، فإذا أتى أحدُكم الخَلَاءَ فَلْيَقُلْ: أعوذُ باللهِ مِنَ الخُبُثِ والخَبَائث
[صحيح] – [رواه أبو داود وابن ماجه وأحمد]

Artinya: Dari Zaid bin Arqam radliyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Kakus-kakus (tempat buang hajat) ini dihadiri (setan). maka apabila seorang dari kalian masuk kakus, hendaklah dia berdoa, “A’udzubillahi minal Khubutsi wal Khoba`ist” Aku berlindung kepada Allah dari setan-setan jantan dan betina).
HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah (shahih).

Makanya sebelum masuk kakus disunahkan 2 hal:
1. Membaca Bismillah
2. Berlindung dari setan karena kakus adalah area yang suka didiami setan.

Demikian keterangan ringkas tentang ruqyah dengan daun bidara  (As-Sider).

Artikel ini ditulis oleh Ustadz Abu Zaidan (UAZ) dan diedit dengan beberapa tambahan oleh Muhammad Iqbal

Tinggalkan komentar