Tidak Ada Anak Nakal – Podcast Tema Parenting | Ustadz Mukhtar Tri Harimurti, S. Ag.

“Maka saya sering bilang ke orang tua wali murid bahwa tidak ada anak nakal, yang ada adalah orang tua atau guru yang tidak sabar” – Ustadz Mukhtar Tri Harimurti, S. Ag.

Podcast 03 chanel Bahas Umat (Powered by Al-Islam TV) kali ini dipandu oleh Ustadz Salman Faris dan Saudara Hakam dengan mengundang narasumber Ustadz Mukhtar Tri Harimurti S.Ag, beliau adalah seorang praktisi pendidikan anak, dan Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Al-Islam Surakarta.

Podcast kali ini mengangkat tema seputar pentingnya ilmu parenting.

Seberapa pentingkah parenting itu?

Parenting itu dari kata parent yang berarti orangtua. Parenting itu adalah ilmu tentang orang tua. Ilmu sebagai orang tua bagaimana dia mendidik anak-anaknya. Ilmu ini sangat penting hingga kalau orang tua baru belajar ilmu parenting setelah menjadi orang tua itu terlambat.

Dasar Ilmu Parenting

Dasar ilmu parenting itu adalah dasar orang tua mendidik anaknya. Dasar orang tua mendidik anak itu bukan hasil pemikiran manusia, bukan pula hasil budaya. Tapi dasar parenting adalah apa-apa yang disampaikan Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana tertera dalam surat Al-Maidah (5): 3. Makna dien pada ayat tersebut sebagai aturan, undang-undang, kebiasaan, sebagai adat dan budya.

Sebagai contoh:  

salah satu lirik lagu anak-anak yang disiarkan di salah satu TV tentang bagaimana anak memakai baju. Di lagu tersebut disebutkan bahwa memakai baju itu dengan tangan kiri dulu baru tangan kanan. Memakai baju dengan mendahulukan tangan kiri dulu itu mungkin sudah dianggap sopan dan wajar. Akan tetapi Tentunya hal itu tidak tepat sesuai syariat. Karena kalau memakai baju dengan mendahulukan tangan kanan akan diganjar.

Sopan menurut kacamata orang banyak itu tidak sama dengan sopan menurut kacamata Islam. Kalau orang sudah berbeda cara pandang maka tidak bisa diadu, nanti menyebabkan pertengkaran.

Mendudukkan Cara Pandang Humanis dalam Parenting

Di dalam Materi Aqidah Tingkat Tsanawiyyah disebutkan bahwa Umat di luar Islam itu ada 2, yaitu ahli kitab (yahudi, nashoro dan sejenisnya) dan Humanis. Humanis dari kata human (=manusia), mereka adalah orang-orang yang berfaham bahwa hal yang paling penting bagi mereka itu adalah berbuat baik. Tentunya kata ‘baik’ di sini menurut manusia. Mungkin akan muncul pertanyaan, ‘Manusia mana dulu?’ karena tiap manusia berbeda mendefinisikan ‘baik’ sesuai dengan tempat di mana dia tinggal. Misal di luar negeri terdapat budaya ‘baik’ saat laki-laki dan Perempuan kalau bertemu itu cipika-cipiki (cium pipi kanan dan cium pipi kiri). Hal ini tentunya bertentangan dengan syariat Islam.

Faham Humanis akan memunculkan faham sekuleris. Faham sekuleris dalam perkebembangannya akan memunculkan faham ateis.

Islam tidak menerima Humanis dengan cara pandang tersebut. Di dalam Islam diajarkan bagaiamana seorang muslim berakhlaq kepada sesama manusia sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya ajarkan.

Parenting Zaman dahulu masihkah relevan kalau diberlakukan pada Zaman sekarang?

Ada bagian-bagian yang sama dan ada bagian-bagian yang berbeda.

Bagian yang sama dan pokok adalah bagaimana kita menerapkan ilmu parenting adalah sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah.

Adapun bagian yang berbeda adalah pada masalah pendekatan. Sebagaimana pendekatan Nabi yang berbeda antara Masyarakat Makkah dan Masyarakat Madinah.

Dalam menghadapi generasi apapun, misal gen-z, gen sandwich, generasi milenial atau generasi apapun, maka hal pokok yang harus kita pegangi adalah Al-Quran dan As-Sunnah.

Seseorang yang belajar Al-Quran dan As-Sunnah akan muncul ‘Hikmah’ dan dengan hikmah inilah kita bisa memakainya untuk mendekati orang. Menyapaikan sesuatu dengan tepat inilah yang disebut Hikmah.

Dan salah satu senjata untuk ‘mendekati’ inilah kita memakai doa, dengan bantuan langit. Sebagaimana Nabi berdoa kepada Allah saat beliau berdakwah mendekati masyarakat Makkah dan Madinah.

Tidak Berani Menjudge anak dengan apapun karena semuanya masih proses

Saya tidak pernah berani menjudge sampai hari ini saat ada orang dengan kondisi seperti apapun. Karena semuanya masih dalam proses. Mungkin hari ini kita anggap ‘nakal’ padahal besuk sebaliknya.

“Tidak ada anak nakal, tapi yang ada adalah orang tua atau guru yang tidak sabar.” Dan ini yang terus kami sampaikan kepada orang tua wali murid.

Solusi Anak yang Tidak Dekat dengan Orang Tua

Banyak kasus di dunia maya, Dimana banyak anak yang lebih dekat hingga curhat dengan teman ‘online’ nya dari pada kepada Orang tua, bagaimana solusinya?

Banyak orang tua itu ketika dia menjadi orang tua terkejut. Di mana tidak ada sekolah orangtua, baik sebagai ayah atau ibu, sehingga tidak sempat/pernah belajar tentang bagaimana menjadi orang tua. Yang terjadi, saat masih bujangan ketemu gadis, lalu bismillah dia melamar gadis tersebut, pokoknya gas pol, lamar dan menikahi gadis tersebut.  Setelah menikah dan dia mempunyai anak, dia kaget.

Hingga saat dia mempunyai anak yang ‘sebetulnya belum siap’ mempunyai anak, akhirnya dia memberi perlakuan kepada anaknya dengan perlakuan yang ‘kurang tepat’.

Hingga banyak orang tua yang sudah memiliki banyak anak banyak beristghfar, merasa kalau dulu saat baru memiliki satu anak merasa banyak melakukan kesalahan karena dia belum tahu konsep sebagai orang tua; baik sebagai bapak atau ibu.

Mungkin hal-hal seperti inilah yang menyebabkan seorang anak tidak bisa dekat dengan orang tua.

Solusi kasus anak yang tidak dekat dengan kedua orangtuanya adalah

  1. Orang tua harus menyadari hal tersebut.
  2. Anak juga menyadari hal tersebut
  3. Pentingnya pendidikan agama; dimana ada norma-norma yang harus diperhatikan anatara kedua belah pihak. Misal semarah saya sebagai anak kepada orang tua, tetap saya tidak akan melakukan ini dan itu.
  4. Perlu saling memahami dan Komunikasi antara kedua belah pihak. Misal orang tua ingin anaknya seperti ini, tapi faktanya anak mengingingkan kebalikan dengan yang diinginkan orang tua, maka orang tua juga harus mengevaluasi dirinya.
  5. Perlu Pihak Ketiga, dan itu adalah peran Ulama akhirat yang menyelesaikan masalah yang terjadi antara orang tua dan anak tersebut.

Gagal dalam Pendidikan Parenting

Tatkala Anak Menjadi ‘Nakal’, apakah bisa dikatakan orang tua  telah gagal dalam mendidik anaknya?

Gagal itu kalau sudah di garis finish, kalau belum sampai finish berarti belum dikatakan gagal.

Anak itu kalau dipaksa orang tua dengan system ‘mendidik tertentu’, dia akan manut mengikuti orangtuanya.  Tapi akan datang saat dia akan ‘mbledos’ dan saat tersebut tinggal menunggu momentumnya yang tepat. Ibarat seperti ‘bom waktu’ yang akan meledak di saat yang tepat.

Dalam system Pendidikan zaman dahulu memang ada teacher sentris, yang mana guru dan orang tua menjadi pusat pengendali dan anak harus mengikuti aturan main keduanya, padahal anak juga mempunyai keinginan yang mungkin tidak sama dengan yang diinginkan oleh guru dan orang tuanya.

Tapi zaman modern sekarang ini yang ada kebalikannya, terdapat system pendidikan dengan kurikulum MERDEKA, dimana anak yang menjadi pusat dan guru mengikuti kemauan murid.

kedua system tersebut saling melengkapi dan pendidikan parenting menjadi baik kalau di antara kedua orang tua dan anak ada komunikasi yang baik dan sehat.

Diringkas oleh: Muhammad Iqbal

Untuk menyimak pembahasan ini lebih komplit, silakan klik tautan berikut:

Tinggalkan komentar